Kain hitam tlah tersingkap
menguak subuh tinggalkan malam
Rakyat kecil bergegas melangkah
Mencari penyambung jiwa
Namun.....
Makhluk berdasi sungguh berbeda
Hanya bekerja sekejap mata
Kertas merah merabunkan mata
Pupus sudah hati si buncit
Memakan yang bukan haknya
Derai air mata rakyat kecil, ia tak peduli
Hanyalah kertas merah yang bernaung dipikirannya
Tak sedikitpun pikirkan sebabnya
Semua itu topeng..
Dasi yang melambangkan orang bijak tlah hilang
Di tengah kemewahan itu
Jeruji besi tlah menanti
Balasan dari perbuatan nista
Dinginnya jeruji besi melelehkan hati yang tlah beku
Sadari kebusukan diri
Ketika sang dewi malam keluar dari peraduannya
Menatap langit dicelah jendela besi
Yang terkunci seakan membelenggu
Dalam hati ia bertekad
Kedzoliman tak terulang
Kamis, 02 September 2010
Pengerut Sepatu
Subuhpun datang menjemput
Nampak pengerut sepatu datang keluar
Wajah tersenyum batinnya menangis
Mengharap hal indah kan terjadi
Melangkah dengan rasa lelah
Memulai hal yang mulia
Beranjak tuk kebutuhan
Untuk tujuan menyambung nasib
Raga tlah lelah
Pengurut sepatu tetap tabah
Tiba penagih kartu merah
meminta uang sewaan
Namun ia tetap tabah
Menahan kerasnya dilema hidup
Layung kuning nampak keluar
Pengerut sepatu teranjak dari beban
Kembali pulang ke istana kecilnya
Tapi apakah yang terjadi?
Tak kuasa menahan nanah di jiwa
Penagih kartu merah menyita istana kecilnya
Namun apalah daya, senyumpun tetap merona
Nampak pengerut sepatu datang keluar
Wajah tersenyum batinnya menangis
Mengharap hal indah kan terjadi
Melangkah dengan rasa lelah
Memulai hal yang mulia
Beranjak tuk kebutuhan
Untuk tujuan menyambung nasib
Raga tlah lelah
Pengurut sepatu tetap tabah
Tiba penagih kartu merah
meminta uang sewaan
Namun ia tetap tabah
Menahan kerasnya dilema hidup
Layung kuning nampak keluar
Pengerut sepatu teranjak dari beban
Kembali pulang ke istana kecilnya
Tapi apakah yang terjadi?
Tak kuasa menahan nanah di jiwa
Penagih kartu merah menyita istana kecilnya
Namun apalah daya, senyumpun tetap merona
Kerinduan Gadis Pemulung
Kain hitam tlah tersingkap
Sang mentari sinari cakrawala
Menyenttuh lembut di kaki langit
Bebalut sejuta harapan
Nampak gadis hunian gubuk
Beranjak dari lelapnya
Terhentak langkah-langkah kecil
Menyelusuri dunia yang keras
Beban terpikul dipunggungnya
Dengan penuh ketabahan
Memilah sampah ibukota
Tangih batinya bernanah
Menahan aipnya jiwa
Namun hatinya tetap bertekad
Demi perjuangan menyambung hidup
Di telusur jalan....
Tawa riang gadis sebaya
Penuh ceria tanpa beban
Berbalut putih merah
Batinnya menjerit, iri penuh kerinduan
Bola merah tinggalkan bulatnya biru
Lembayung kuning nampak cakrawala sore
Gadis kumuh terperanjak dari bebannya
Menjelajahi jalanan sempit
Deengan segenggam recehan
kembali ke gubuk penantian
Dewi malam keluar dari peraduannya
Rembulan nan indah
Gadis pemulung termenung di pangkuannya
Ratapi nasib ilahi
Nampak terlintas di benaknya
Kerinduan menggapai cita-cita (puisi balada)
Sang mentari sinari cakrawala
Menyenttuh lembut di kaki langit
Bebalut sejuta harapan
Nampak gadis hunian gubuk
Beranjak dari lelapnya
Terhentak langkah-langkah kecil
Menyelusuri dunia yang keras
Beban terpikul dipunggungnya
Dengan penuh ketabahan
Memilah sampah ibukota
Tangih batinya bernanah
Menahan aipnya jiwa
Namun hatinya tetap bertekad
Demi perjuangan menyambung hidup
Di telusur jalan....
Tawa riang gadis sebaya
Penuh ceria tanpa beban
Berbalut putih merah
Batinnya menjerit, iri penuh kerinduan
Bola merah tinggalkan bulatnya biru
Lembayung kuning nampak cakrawala sore
Gadis kumuh terperanjak dari bebannya
Menjelajahi jalanan sempit
Deengan segenggam recehan
kembali ke gubuk penantian
Dewi malam keluar dari peraduannya
Rembulan nan indah
Gadis pemulung termenung di pangkuannya
Ratapi nasib ilahi
Nampak terlintas di benaknya
Kerinduan menggapai cita-cita (puisi balada)
Langganan:
Postingan (Atom)